
Pemimpin Itu Mestinya “Mikul Dhuwor Mendem Jeruh”
OPINI (liputansidoarjo.com)-
Pemimpin itu mestinya “Mikul dhuwur mendhem jeruh” ini kalimat yang tiba-tiba muncul saat penulis membaca sebuah berita peresmian sebuah LBH oleh PLT Bupati Sidoarjo.

Bagiamana tidak, dari salah satu alinia di tulisan itu, ketika memberikan sambutannya, bupati terpilih masih saja menyalahkan pemimpin (bupati) Sidoarjo terdahulu, dengan penegasan ke depan dirinya akan berhati-hati dalam memimpin Sidoarjo.
Bahkan disebutkan dalam narasi itu, kalimat yang diutarakan cukup pedas ‘kebodohan’ bupati sebelumnya dalam memimpin Sidoarjo, sehingga banyak masalah .
Hampir tidak percaya memang, label ‘bodoh’ untuk kebijakan bupati sebelumnya meluncur dari bupati terpilih ini.

Namun itulah yang tertulis jelas dari berita itu yang penulis cuplik sebagiannya di bawah ini.
Lebih jauh Subandi menyinggung mencuatnya berbagai persoalan hukum dilingkup pemerintahan Sidoarjo khususnya perkara-perkara pertanahan saat ini, selain disebabkan oleh buruknya tata kelola pemerintahan,juga karena ekses dari kebijakan bodoh yang dilakukan pemimpin (bupati-bupati) sebelumnya.
“Akibatnya Pemkab Sidoarjo saat ini banyak menghadapi berbagai persoalan hukum yang pelik yang dipicu karena kebijakan terutama dalam hal pemberian ijin dan kerja sama pengelolaan aset. Baik aset milik desa maupun aset daerah”ungkap Subandi.
Membaca kutipan berita diatas, memang cukup disayangkan statemen bupati terpilih.
Karena bagaimanapun juga, bupati-bupati sebelumnya adalah pemimpin Sidoarjo yang memiliki program positif bagi masyarakat Sidoarjo dimasanya.
Bahkan jika mau jujur, saat inipun, program pemerintah daerah yang telah dieksekusi dan akan dieksekusi, masih merupakan tinggalan bupati sebelumnya.
Penulis sebenarnya tidak memiliki kepentingan apapun saat membuat tulisan ini, karena memang penulis hanya butiran debu yang masih harus belajar tentang etika dan menjunjung tinggi kesopanan.
Namun karena sebentar lagi sang pemenang menjadi “bapak” e masyarakat Sidoarjo ketika sah dilantik, setidaknya kalimat Mikul duwir mendem jeru itu bisa menjadi renungan.
Sangat bijak dan sangat terhormat, jika kesalahan pemimpin dahulu ditutup oleh pemimpin baru.
Contohnya Dedi Mulyadi calon gubernur Jawa Barat, meskipun viral soal dana hutang masjid bernilai fantastis, namun dia tidak menyalahkan pemimpin sebelumnya.
Malahan Dedi memberi solusi agar pelunasan hutang bisa dipercepat dengan menaikkan target pajak kendaraan bermotor dan cara lain yang sah.
Karena bagaimanapun juga, seminggu, sebulan, setahun, dua tahun bahkan lima tahun kedepan kita tidak tau apa yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo ini terutama pemimpinya..
Penulis selalu berharap, Semoga Sidoarjo kedepan semakin baik ,dan baik-baik saja. (*)
Penulis : S. Abidin (jurnalis muda Sidoarjo)
Average Rating