Empat Desa Jadi Langganan Banjir Tahunan, Komisi D Turun Sidak Minta OPD Lakukan Langkah Penanganan

Read Time:4 Minute, 44 Second

SIDOARJO (liputansidoarjo.com)- Perhatian komisi D DPRD Sidoarjo atas kondisi empat desa di Kecamatan Tanggulangin yang mengalami banjir tahunan benar-benar luar biasa.

Tidak hanya sebatas sidak lokasi yang dilakukan beberapa kali, langkah lanjutan setelah sidak pun digelar, dengan mengundang OPD terkait untuk hearing mencari solusi.

Perhatian komisi D atas banjir tahun di Desa Kedungbanteng, Banjarpanji, Banjarasri, dan Desa Kalidawer Kecamatan Tanggulangin, di awali dengan melakukan Sidk, Senin (30/1/2023 )

Sidak yang di pimpin langsung oleh Abdillah Nasih ketua Komis D didampingin seluruh anggota Dewan Komisi D ini, menyisir dua desa yakno Banjarasri dan Kedung Banteng.
Abdillah Nasih menyatakan, banjir di Dua Desa Ini sudah bertahun tahun terjad, terutama di setiap musim.
“Banjir tahunan yang selalu diradakan warga di dua desa ini. Harus ada langkah dan upaya permanen, untuk menuntaskan persoalan banjir tahunan ini,” jelas Nasih.

Tidak hanya Nasih, Mimik Idayana anggota komisi D dari Gerindra yang juga turut sidak, terenyuh melihat kondisi warga dan sekolahan yang berdampak.

Bahkan Mimik yang berangkat dari Dapil Tanggulangin, menyatakan hampir tiap hari mendapat keluhan dari warga terdampak, agar segera ada solusi.

“Secepatnya harus membuat embung untuk menampung debit air yang begitu tinggi, kalau hanya mengandalkan Pompa belum bisa menyelesaikan masalah, kasihan ini warga,” ungkap Mimik.

Wakil ketua FPKS DPRD Sidoarjo Aditya Nindyatman ST yang juga anggota komisi D menambahkan, melihat kondisi dua desa dan dua desa tetangga menjadi desa langganan banjir, harus ada sikap tegas yang bisa membuahkan hasil.

Aada beberapa hal yang menjadi pertimbangan, untuk bersikap tegas itu.

Diantaranya terjadi banjir berhari hari di lingkungan warga dalam beberapa tahun terakhir ini.

Penurunan tanah yang terjadi dengan cepat dalam waktu beberapa tahun terakhir

“Juga Belum ada kajian secara komprehensif yang dilakukan oleh pemerintah, mengenai analisa dampak lingkungan ketika pengeboran gas ini dilakukan,” ujar Aditya.

Masih menurut Aditya, memang pendapatan daerah Sidoarjo akan bertambah, ketika dana bagi hasil migas dilakukan share oleh pemerintah pusat.

Namun yang harus menjadi pertimbangan, adalah mengenai dampak lingkungan serta apa yang terjadi di masa depan secara jangka panjang terutama utk masyarkat desa Kedung banteng dan Banjarasri.

“Apalagi sudah banyak laporan warga, bahwa terjadi kondisi yang belum pernah dialami warga selama ini,” jelas Aditya.

Karenanya, Aditya berharap Pemerintah Kabupaten Sidoarjo segera membuat aksi kerja yang lebih nyata, untuk mensikapi masalah banjir, terlebih soal sektor pertanian yang mengalami penurunan produktivitas.

Menurut data, Desa Banjar asri ada sekitar 100 HA lahan pertanian dalam 3 tahun terakhir sudah tidak bisa berproduksi.

Desa Sentul yang hampir 100 % lahannya adalah lahan produktif. Setelah ada peristiwa lumpur ini hanya panen 1 kali dari yang sebelumnya 2 kali dalam setahun.

Desa Putat yang sebagian wilayahnya ada yang berbatasan dengan desa kedungbanteng juga tdk bisa melakukan aktivitas pertanian.

Apa yang terjadi saat ini adalah sesuatu yang nyata yang harus disikapi dengan tegas oleh pemerintah kabupaten Sidoarjo.

Tentunya dampak sosial ekonomi tidaklah sederhana.

Masyarakat yang mengandalkan Mata pencarian dari pertanian tentunya mengalami situasi yang tidak ringan.

“Kami berharap tahun ini sdh ada hasil rekomendasi yang bisa dijadikan landasan untuk melakukan program kerja untuk wilayah desa terdampak lumpur secara keseluruhan. Mulai dari antispasi wilayah yang turun hingga persoalan ekonomi warga.
Sekali lagi jangan ditunda-tunda kami melihat ada hal yang harus segera dilakukan oleh negara utk wilayah tersebut,” pinta Aditya.

Selanjutnya setelah proses Sidak usai, perhatian yang terus dilakukan komisi D untuk masalah diatas adalah dengan mengundang OPD yang berkaitan untuk hearing.

Hearing yang dipimpin Abdillah Nasih ketua komisi D didampingi Bangun Winarso selaku sekretaris komisi, berjalan cukup padat dengan berbagai masukan.

Beberapa OPD yakni BPBD, Dinsos, Dinkes, Dikbud, Camat Tanggulangin.
serta Kades Kedungbanteng, Banjarpanji, Banjarasri, dan Kades Kalidawer yang juga turut hadir, mengikuti hearing dengan seksama.

Banyak persoalan dibahas untuk menangani masalah banjir rutin ini.

Salah satunya adalah pemenuhan fasilitas MCK dan obat-obatan serta kebutuhan sembako bagi masyarakat empat desa diatas.

Hujan deras dengan intensitas tinggi selama dua hari sejak Sabtu (28/1/2023) lalu, menyebabkan empat desa di Tanggulangin, terendam banjir.

Empat desa yang terendam banjir, yakni Desa Kedungbanteng, Desa Banjarasri, Desa Banjar Panji, dan Desa Penatarsewu.

Langkah Eksekutif.

Upaya komisi D untuk mendorong penuntasan banjir tahunan di empat desa di Kecamatan Tangguangin, mendapat respon Pemerintah Kabupaten Sidorjo.

Langkah itu, diantaranya menyiapkan 20 pompa penyedot air dan tambahan 10 pompa baru akan dimaksimalkan selama 24 jam pengoperasiannya.

Bupati Sidoarjo H. Ahmad Muhdlor Ali (Gus Muhdlor) bahkan melakukan pengecekan satu persatu rumah pompa air. Mulai dari rumah pompa Banjarpanji 1 dan 2 serta rumah pompa Kedungbanteng.

“Di semua titik, pompa akan beroperasi selama 24 jam dan itu disesuaikan dengan situasi dan kondisinya,” ucapnya.

Pompa-pompa air tersebut, akan disebar di beberapa titik banjir. Penambahan 10 pompa air dan total menjadi 30 pompa itu diharapkannya akan mempercepat surutnya air.

“Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air Kabupaten Sidoarjo (DPUBM SDA) saya arahkan untuk memaksimalkan semua pompa air yang ada. Termasuk memesan lagi 10 sampai 20 pompa baru, blower baru portable yang bisa kita switch kemanapun sesuai waktu yang dibutuhkan,” papar Gus Muhdlor.

Gus Muhdlor mengatakan bahwa sebenarnya Dinas PUBM SDA sudah cukup siaga mengantisipasi banjir musiman di empat desa tersebut. Namun curah hujan cukup tinggi.

Hal itu yang menyebabkan sedikit lambatnya banjir surut. Padahal sebenarnya jumlah pompa air yang ada sudah mencukupi.

“Secara umum kami apresiasi kinerja PUBM SDA, perhari ini hampir tidak ada genangan kecuali di depan SMP negeri 2 Tanggulangin,” terangnya.

Bulan Februari menjadi puncak curah hujan. Bulan Maret curah hujan juga masih tinggi.

Namun bulan April diperkirakan curah hujan sudah mulai rendah. Meski begitu siaga bencana banjir tetap dilakukan.

Semua jajarannya dimintanya siaga serta memiliki komitmen kuat untuk menyelesaikan bencana banjir tersebut.

Selain itu fasilitas air bersih dibeberapa titik banjir juga disediakan. Ditambah posko penanganan bencana banjir di Balai Desa Kedungbanteng yang selalu siap memberikan pelayanan. (Adv/Abidin)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *