
Gagal Di Porprov 2025, Pengurus Cabor Sebut Ketua KONI Tidak Peduli Atlit Dan ‘Pelit’
SIDOARJO (liputansidoarjo.com)-
Gagalnya Kabupaten Sidoarjo mempertahankan posisi Runner up pada ajang Porprov 2025 di Malang, menjadi hal yang sangat disayangkan berbagai kalangan pecinta olah raga di kota delta.

Sebenarnya apa yang salah dari gagalnya Kabupaten Sidoarjo mempertahankan posisi kedua di ajang Porprov 2025 ini ?
Jawabannya ternyata simple, mayoritas Cabor yang berlaga di Porprov 2025, seperti “anak ayam kehilangan induknya”.
Dan ini tergambar jelas dari keluhan mayoritas pengurus Cabor yang ada, saat mereka dengar pendapat dan evaluasi bersama komisi D DPRD Sidoarjo, Kamis (10/7/2025).
Hearing yang diikuti seluruh pimpinan komisi D itu,menjadi ajang curhat bagi para ketua Cabor, akan kondisi mereka baik sebelum bertanding hingga usia Porprov digelar.
Seperti yang disampaikan Nita Dariyanti
ketua Cabor Wushu Sidoarjo, yang terang-terangan menyebut Cabor saat ini seperti tidak punya orang tua (KONI).
Bagaimana tidak, saat dirinya rela menepis tawaran 2x bonus ratusan juta untuk satu emas dari daerah lain dan lebih memilih bertahan untuk Sidoarjo, ternyata yang didapat malah Zong alias sikap acuh dari KONI Sidoarjo.
“Bahkan untuk sekelas konsumsi saja, kita baru dapat dana di hari keempat Porprov. Itupun anggarannya turun tidak sesuai pengajuan,” ujar Nita.
Tidak hanya itu, menurut mantan atlit yang kini menjadi pengusaha catering ini, perhatian ketua KONI akan dinamika lapangan di Porprov juga tidak ada bahkan cenderung tidak peduli.
Sehingga ketika diperlukan upaya lobi untuk mempertahankan kemenangan yang dicuri, tidak ada sama sekali suportnya dari KONI.
“Kita butuh pendampingan, tapi nyatanya tidak ada sama sekali. Ketua KONI pelit,” keluh Nita.
Selain dari Cabor Wushu, keluhan serupa juga disampaikan dari Cabor Karate.
Bahkan Awan ketua Cabor karate secara tegas menyebutkan ketua KONI saat ini sangat sulit dihubungi dan terbilang pelit.
“Makanya kalau pilih ketua KONI yang mumpuni. The right man on the right place” ujar Awan.
Selain mengeluhkan pengurus KONI saat ini yang terbilang kurang perhatian terhadap Cabor, dalam hearing evaluasi ini juga banyak keluhan seputar sarana dan prasara yang kurang maksimal saat TC.
Ika adinda dari Cabor Gulat, mengeluhkan minimnya fasilitas kesehatan ketika pelaksana TC.
Seperti satu bulan sebelum pelaksanaan Porprov, banyak atlit Gulat yang cedera otot bahkan tulang, ternyata fasilitas massage atau terapi tidak ada sama sekali.
“BPJS ketanagankerjaan hanya menghandle berobat waktu pertandingan. Karena fasilitas kesehatan dari KONI tidak ada, akibatnya para atlit yang cidera berobat keluar dengan biaya sendiri,” ujar Ika yang juga meminta ad fasilitas fitnes yang memadai untuk atlit Gulat.
Sementara itu ketua komisi D DPRD Sidoarjo H.Damroni Chudlori menyatakan seluruh keluhan dari Cabor ini, akan menjadi bahan untuk disampaikan ke bupati Sidoarjo.
“Menjadi PR kita semua untuk bisa mencetak alit yang bagus dan mumpuni dengan menumbuhkan rasa memiliki Sidoarjo. Kalau saya boleh menyatakan, seharusnya pengurus KONI juga diisi oleh pengurus Cabor yang mendapatkan mendali,” ujar Damroni.
Seperti diketahui, kontingen Kabupaten Sidoarjo yang berkekuatan 1.322 atlet dengan mengikuti 67 disiplin olahraga gagal memenuhi target.
Surabaya tampil sebagai juara umum untuk ke sembilan kalinya berturut-turut dengan membawa pulang 195 mendali emas, 127 medali perak dan 134 medali perunggu.
Kontingen Sidoarjo dengan sokongan dana sebesar-besar Rp 16,5 miliar ini hanya menempati posisi ke tiga di bawah Surabaya dan Kota Malang.
Kontingen Sidoarjo hanya meraih 87 medali emas 87 medali perak dan 116 medali perunggu dengan total poin 636.
Dengan kekuatan 1322 atlet dan mengikuti 67 disiplin olahraga plus sokongan anggaran Rp 16 miliar, tidak bisa membuat Sidoarjo bertahap minimal sebagai runner-up. (Abidin)
Average Rating